Wasiat Al-Ghazali
Ketika Imam Ghazali pergi ke Rahmatullah pada hari Senin , 14 Jumada
al-Tsani 505 H, tepatnya 18 Desember
1111 , dalam usai ke 53. Dan Ahmad saudara Al-Ghazali menghubungkan fajar dari hari meninggalnya
Al-Ghazali. Ia berwudhu dan berkata : “Bawakan kain kafanku!” kemudian ia
mengambilnya dan menciumnya serta meletakkan di depannya kemudian Al Ghazali
berkata : “Dengan senang hati saya memasuki Kehadirat Kerajaan.” Kemudian ia
memasuki tempat yang siapapun tidak boleh memasukinya. Saat mereka masuk,
didapati Al Ghazali sedang menghadap kiblat dan sudah memakai kain kafannya,
serta di atas kafannya terdapat selembar kertas yang berisi syair-syair.
Menurut Margareth Smith M.A.Ph.D penulis biografi Al Ghazali dalam bukunya. Dan
salah satu syair itu yakni :
Katakanlah kepada teman-temanku, saat mereka melihatku
mati.
Mencucurkan air mata padaku, berduka cita atas dalam
duka.
Jangan percaya, mayat yang kau lihat adalah aku.
Dengan nama Allah, kukatakan kepadamu, mayat itu bukan
aku.
Aku adalah Ruh, badan ini tidak ada apa-apanya, Cuma
daging.
Jasad itu, tempat tinggal pakaian sementaraku.
Aku adalah pusaka, dan badan ini hanya kulit penjaga.
Dihiasi debu, melayaniku sebagai tempat keramat.
Akulah mutiara, yang ditinggalkan kulit di padang pasir.
Akulah narapidana, yang menghabiskan waktu dalam duka.
Akulah burung, dan jasad ini adalah sangkarku.
Tatkala aku bebas terbang, ada bekas ku tinggalkan.
Segala puji bagi Tuhan, yang telah melepaskanku, bebas.
Ia persiapkan tempatku, di surga tertinggi.
Hari ini aku mati, setelah aku hidup di tengah-tengahmu.
Kini aku hidup dalam kebenaran, dengan kafan yang
terbuang.
Hari ini aku dapat berbicara dengan orang suci di atas
sana.
Sekarang tanpa penghalang aku berhadapan melihat Tuhan.
Aku melihat lembaran, dan disitu aku baca isinya.
Semuanya ada padanya, yang hilang, sedang, dan akan
terjadi.
Biarkan rumahku hancur, letakkan sangkarku di atas tanah.
Lemparkanlah jasad, sebagai bukti, tidak lebih daripada
itu.
Lepaskan jubahku, karena itu hanyalah pakaian luarku.
Tempatkan semuanya di kuburan, biarkan, agar terlupakan.
Aku telah melalui jalanku, kau akan menyusul kemudian.
Tempat tinggalmu bukan tempat tinggalku.
Jangan kau kira, mati adalah mati, bukan, tetap hidup.
Hidup yang melampaui semua yang diimpikan disini.
Selagi di dunia, kita hanya bisa tidur.
Mati, lebih dari sekedar tidur, ialah tidur yang di
panjangkan.
Jangan takut saat mati menghampiri mendekatimu.
Mati hanyalah suatu awal menuju rumah yang diberkati.
Pujilah kelembutan-Nya dan datanglah jangan takut.
Apa yang ku alami, akan kau alami.
Sepengetahuanku, engkau juga seperti aku.
Seluruh jiwa manusia berasal dari Tuhan.
Raga mereka semuanya tersusun serupa.
Baik dan buruk, bergembiralah sekarang.
Semoga kedamaian Tuhan dan kesenangan abadi menyertaimu.
WaLLahu A’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar